Ketika kita bermain ke toko furniture Jakarta untuk membeli sebuah meja baru untuk mengisi rumah, biasanya kita akan menemukan berbagai model meja yang terbiat dari kayu jati, ataupun kayu olahan. Akan tetapi, kita tidak akan menemukan sebuah meja unik yang dinamakan baguette tables, karena meja ini hanya diproduksi di luar negeri, tepatnya di kota Wina, Austria.
Sesuai dengan namanya, meja ini terbuat dari baguette (roti Prancis berukuran panjang) yang dikumpulkan menjadi satu. Baguette tables adalah sebuah meja yang dirancang dan didesain oleh studio Rygalik, untuk edisi terakhir Vienna Design Week. Dalam acara ini, potongan roti yang disajikan untuk pengunjung diatas meja yang juga terbuat dari roti.
Meskipun terbuat dari roti, namun bukan berarti pembuatan meja ini berarti menyia-nyiakan makanan loh. Karena, roti yang digunakan untuk pembuatan meja ini adalah roti yang sudah kadaluarsa. Sehingga makanan yang sudah kadaluarsa ini dapat bermanfaat dan memiliki nilai seni. Bahkan, meja ini adalah salah satu kampanye untuk menyadarkan masyarakat mengenai limbah makanan.
Limbah makanan yang dimaksud adalah, makanan sisa yang tidak habis termakan dan akhirnya terbuang begitu saja. Menurut studio Rygalik yang mendesain meja ini, seluruh sisa makanan yang ada di Winna, jika digabungkan dapat memenuhi kebutuhan makan separuh penduduk kota Graz, Austria. Namun sayangnya, karena makanan tersebut adalah makanan sisa, akhirnya makanan terbuang sia-sia dan menjadi limbah makanan yang tidak dapat bermanfaat.
Mereka berharap, melalui meja yang terbuat dari salah satu limbah makanan (baguette kadaluarsa) ini akan menyadarkan masyarakat agar tidak lagi membuang makanan sesukanya. Khususnya, untuk wilayah dengan penghasilan rata-rata cukup tinggi, yang memiliki angka limbah makanan tertinggi dibandingkan dengan daerah dengan penghasilan rendah atau menengah.
Untuk mendukung kampanye ini, beberapa supermarket di Winna juga mulai mengurangi porsi makanan yang dijualnya. Selain itu, beberapa paket makanan yang menawarkan promosi beli satu gratis satu, diganti dengan promosi dengan memberikan item tambahan. Dengan cara ini, diharapkan dapat mengurangi limbah makanan, dan masyarakat dimanapun, tidak hanya di Winna, dapat lebih menghargai nilai dari sebuah makanan yang dimilikinya. (Vita)
Comments
Post a Comment